Mimpi tentang Negeri

Oleh: Tito Erland S

Sekelompok anak kecil tampak sedang asyik bermain air. Seorang bocah laki-laki dengan bertelanjang dada mencoba berenang dengan gaya yang ia bisa, gaya bebas. Mereka semua tampak senang, mereka tertawa, bersenda gurau antar sesamanya. Tapi jangan salah mengira, mereka tak berenang di kolam renang, mereka pun tak pula berenang di sungai atau kali dekat rumah mereka. Mereka berenang di sekitar lingkungan rumah mereka.

Lingkungan rumah mereka saat itu memang sedang dilanda banjir. Keadaan demikian mereka manfaatkan untuk bermain air. Tak terlihat guratan cemas di wajah mereka ketika bermain air bersama, yang ada hanya keceriaan. Begitu “menyenangkannya” kehidupan mereka, tak ambil pusing dengan banjir yang melanda. Berbeda dengan sebagian besar masyarakat yang rumahnya dilanda banjir. Mereka tentu kesusahan, mereka harus menyelamatkan diri mereka. Tak ketinggalan pula harta benda yang berharga harus diselamatkan dari jangkauan air banjir. Sebagian terpaksa ada yang mengungsi, sebagian lagi memilih bertahan dilantai dua rumahnya. Sebagian masyarakat pun mulai terkena penyakit. Sebagian bahkan ada yang meninggal dikarenakan penyakit yang ditimbulkan karena air seni tikus. Ah, sungguh memprihatikan.

Semua itu saya saksikan beberapa hari belakangan lewat sejumlah pemberitaan di media televisi. Banjir memang menyusahkan. Tak hanya masyarakat yang rumahnya dilanda banjir, yang tidak pun mendapat cipratan dampak negatif dari banjir. Lihat saja, sejumlah jalan raya di Jakarta yang dilanda banjir, tentu hal tersebut menyusahkan para pengguna jalan yang harus buru-buru berangkat ke kantor.

Tak dipungkiri sebagian wilayah Indonesia mempunyai curah hujan tinggi belakangan ini. Namun tak semua daerah yang dilanda hujan terus menerus dilanda banjir. Artinya apa? Ada yang tidak beres. Hal ini salah satunya menyangkut tata ruang suatu daerah. Banjir langganan di Jakarta menandakan ada yang salah dengan sistem lalulintas air sehingga tidak mampu menampung volume air yang bertambah jika curah hujan tinggi. Selain itu di berbagai daerah, daerah serapan air juga semakin berkurang. Daerah tersebut kini berganti dengan lantai-lantai semen para pemilik vila atau berkurang daya serapnya karena keserakahan para pembalak hutan. Demikian pun dengan sebagian masyarakat yang turut menyumbang sampah pada saluran-saluran air sehingga kemudian memampatkannya, dan jika hujan datang maka saluran air itu berkurang atau bahkan hilang kemampuan menyalurkan airnya.

Banjir memang permasalahan yang sudah menahun terjadi di Indonesia. Tak kunjung usai permasalahan tersebut, entah sampai kapan. Tak dapat dipungkiri memang, Indonesia menyimpan segudang permasalahan sosial. Selain banjir, kemiskinan, pengangguran, pendidikan mahal adalah rentetan kecil permasalahan yang ada dari sekian banyak masalah yang ada di negeri ini. Namun masihkah kita dapat bermimpi akan keadaan yang lebih baik pada negeri ini? Tentu, saya pun punya mimpi tentang Indonesia di masa depan. Namun sebelum saya mulai menerbangkan imajinasi saya tentang Indonesia di masa depan, saya akan mencoba mengangkat sekilas beberapa permasalahan sosial yang dilanda negeri ini.

Kemiskinan adalah permasalahan yang sangat penting yang melanda negeri ini. Banyak faktor yang mendorong terjadinya hal demikian. Salah satunya adalah kepemilikan tanah. Sebetulnya negeri ini sudah ada Undang-undang Pokok Agraria yang mengatur redistribusi tanah sehingga diharapkan tak ada lagi “monopoli” kepemilikan tanah dan rakyat kecil dapat memiliki tanah untuk digarap. Namun dalam kenyataannya, masih masih banyak petani yang menggarap lahan bukan miliknya. Hal ini membuat para buruh tani banyak yang hidup dalam kemiskinan, karena upah yang mereka terima dari bekerja sebagai buruh tak terlalu besar.

Faktor lainnya adalah sedikitnya lapangan kerja. Jumlah angkatan kerja tak sebanding dengan tersedianya lapangan kerja, akibatnya adalah timbulnya banyak pengangguran. Terlebih lagi dengan adanya krisis global yang membuat sejumlah pabrik garmen gulung tikar dan mem-PHK-kan pekerjanya semakin memperbanyak jumlah pengangguran.

Biaya pendidikan yang mahal juga menjadi faktor terjadinya kemiskinan. Hal ini berkaitan dengan apa yang disebut dengan kemiskinan struktural. Sebuah keluarga miskin yang tak mampu menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang pendidikan tinggi membuat sang anak tak dapat bekerja dengan pendapatan yang tinggi. Hal ini karena untuk bekerja dengan pendapatan yang lumayan dibutuhkan ijazah pendidikan tinggi. Sedangkan ijazah yang dikantongi anak dari keluarga miskin (atau bahkan mungkin tak mengantongi ijazah) hanya memungkinkan untuk bekerja sebagai buruh yang dibayar murah. Hal ini dapat berlanjut terus ketika sang anak telah dewasa dan akhirnya mempunyai anak pula, kemiskinan pun bersambung.

Permasalahan lain yang kerap hadir di tengah kehidupan masyarakat adalah masalah perburuhan. Begitu banyak masalah perburuhan mulai dari kesejahteraan sampai dengan sistem outsourcing. Outsourcing dapat diartikan sebagai tindakan perusahaan yang melaksanakan pelaksaaan pekerjaan pada perusahaan lain melalui perjanjian atau penyediaan jasa pekerja secara tertulis. Dengan sistem ini pekerja akan terkena pemotongan upah dari hasil kerjanya. Hal ini dikarenakan sebagian upah sang pekerja digunakan perusahaan pemberi pekerja untuk menggelontorkan sejumlah uang kepada perusahaan penyedia jasa pekerja karena perannya mencarikan jasa buruh. Bisa dibayangkan gaji pekerja yang serba pas-pasan, harus dipotong lagi, tentu akan semakin menyusahakan hidupnya. Selain itu masih banyak maslah lain yang melanda negeri ini seperti korupsi, hutang luar negeri yang menumpuk dan sebagainya.

Mimpi Saya untuk Indonesia

Begitu banyaknya permasalahan sosial yang ada di Indonesia, tak menyurutkan saya untuk bermimpi. Seperti apakah mimpi saya tentang Indonesia di masa depan? Tentu saya bermimpi Indonesia yang lebih baik, dimana setiap orang sejahtera, mampu makan-makan bergizi, semua orang mendapat pelayanan kesehatan yang memadai. Untuk itu saya bermimpi Indonesia kedepan mempunyai sistem kepimilikan tanah yang adil. Tidak lagi ada monopoli atau penguasaan tanah secara besar-besaran oleh segelintir pihak, penguasaan yang menimbulkan kesengsaraan bagi lainnya. Dengan sistem kepimilikan yang adil niscaya tidak akan ada lagi orang-orang yang tidur beratapkan langit, tidak akan ada lagi keringat yang jatuh ke bumi dari tubuh seorang petani kerena letih menggarap tanah sang tuan tanah. Dengan sistem yang adil itu pula maka sekaligus akan mengurangi jumlah orang yang tak mempunyai pekerjaan. Pengangguran akan berkurang karena setiap keluarga mempunyai tanah untuk digarap yang dapat menghidupi diri mereka.

Saya pula bermimpi kelak Indonesia ke depan akan mempunyai banyak lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja yang belum tertampung. Untuk itu, Indonesia salah satunya perlu meningkatkan teknologi yang dapat dijangkau semua lapisan masyarakat, teknologi yang murah serta dapat berdaya guna untuk kelangsungan usaha kecil menengah, seperti misalnya teknologi untuk membuat yogurt.

Untuk menciptakan teknologi yang terjangkau dan berdaya guna tentu diperlukan SDM yang berkualitas, untuk itu negara perlu menyelenggarakan pendidikan yang murah sekaligus berkualitas, tentu dari tingkat pendidkan dasar sampai pendidikan tinggi. Dengan terselenggaranya pendidikan yang murah dan berkualitas, maka semua lapisan masyarakat dapat merasakan manfaatnya. Kelak tidak akan ada lagi warga yang buta huruf, kelak tidak ada lagi warga yang tertipu karena tak mampu membaca. Kelak pula bangsa ini akan semakin maju, baik dalam bidang sosial maupun sains, dengan hadirnya generasi-generasi output dari sistem pendidikan yang berkualitas. Dengan pendidikan yang murah dan berkualitas pula, seorang anak yang cerdas tak lagi putus mimpi karena tak mampu bersekolah.

Jepang mungkin bisa menjadi contoh, seusai Bom Atom memporak-porandakan Hiroshima dan Nagasaki, mereka segera bangkit dengan jalan meningkatkan mutu pendidikan. Hasilnya sekarang terlihat, betapa maju dan diseganinya negara itu. Kita perlu mencontoh Jepang dalam hal ini, sudah sepatutnya pendidikan diperhatikan lebih.

Mimpi saya lainnya adalah agar di berbagai daerah di negeri ini mempunyai sistem distribusi air yang baik. Selain itu saya berharap tak ada lagi masyarkat yang mendirikan rumah di daerah resapan air dan tak ada lagi yang membuang sampah di sungai. Ini menjadi penting agar kelak tak ada lagi banjir di negeri ini dan istilah banjir langganan pun tak lagi bergema.

Saya juga bermimpi kelak tidak lagi ada sistem outsourcing dalam dunia ketanagakerjaan. Sistem yang merugikan pekerja ini perlu dibumihanguskan. Semua demi kesejahtraan pekerja, yang berhak menerima hasil jerih payahnya secara penuh. Selain dari itu, perlu pula kesejahteraan para pekerja ditingkatkan. Semua demi agar sang pekerja dapat menghidupi keluarganya secara layak, agar dapat membeli susu untuk anak-anak mereka yang masih kecil agar sempurna kesehatannya.

Mimpi saya untuk Indonesia juga tak lepas dari permasalahan akut bangsa ini, korupsi. Saya rasa hampir semua sepakat bahwa korupsi harus diberantas, kecuali mungkin para koruptor itu sendiri. Bayangkan saja, betapa memalukan, sebagian dari para koruptor itu adalah orang berpunya, sebagian bahkan pejabat. Memang sungguh keterlaluan, di saat sebagian rakyat ada yang kelaparan para koruptor yang sudah berkecukupan itu masih saja rakus menggerogoti “keju” yang bukan miliknya.

Saya masih mempunyai mimpi-mimpi lainnya seperti kelak Indonesia terbebas dari hutang luar negeri. Selain itu masih banyak mimpi-mimpi saya lainnya. Semua itu niscaya terwujud, jika kita mempunyai pemerintahan yang kuat, berani, dan berpihak pada rakyat.

Menjadi pertanyaan selanjutnya adalah adakah yang dapat saya, anda, dan kita semua lakukan? Tentu, kita dapat mewujudkannya salah satunya dengan cara memberikan pendidikan kritis pada masyarakat, memberikan suatu kesadaran pada masyarakat. Masyarakat berhak tahu yang sebenarnya terjadi sehingga kelak tak termakan janji palsu para politisi. Ketika masyarakat sudah cerdas, tentu tak lagi akan salah memilih pemimpin bangsa ini, tak kan ada lagi yang memilih pemimpin yang tak berpihak pada rakyat, tak kan ada lagi yang memilih pemimpin yang merangkap sebagai koruptor. Dengan itu kelak Indonesia akan mempunyai pemimpin yang berpihak pada rakyat, pemimpin yang membuat regulasi-regulasi yang mementingkan kepentingan masyarkat.

Salah satu cara memberikan pendidikan kritis itu adalah dengan membagi pemikiran tentang Indoensia yang lebih baik lewat blog yang saya dan anda punyai, tentu dengan harapan dapat memberikan setetes sumbangsih untuk negeri ini. Kelak dari tulisan yang saya atau anda buat itu muncul ide-ide segar yang dapat berguna bagi negeri ini. Semoga.



1 komentar:

MARIELA GONZALEZ mengatakan...

Halo,
Apakah Anda mencari pinjaman asli? Apakah Anda memerlukan uang mendesak untuk penggunaan pribadi, apakah Anda berhutang dan membutuhkan uang untuk melunasi tagihan Anda, apakah Anda memerlukan pinjaman mendesak untuk memulai bisnis baru atau meningkatkan bisnis Anda? apakah Anda memerlukan pinjaman untuk membeli mobil atau rumah? apakah Anda memiliki proyek yang belum selesai di ujung jari Anda karena dana yang tidak memadai? Apakah Anda memiliki skor kredit yang rendah dan Anda merasa kesulitan untuk mendapatkan layanan modal dari bank lokal dan lembaga keuangan lainnya? Apakah Anda pernah ditipu sebelumnya dan masih butuh uang? Apakah Anda memerlukan pinjaman investasi untuk berinvestasi di bidang spesialisasi tertentu. Cari lagi, Anda berada di tempat yang tepat untuk solusi pinjaman Anda di sini! Kami menawarkan semua jenis pinjaman dalam jumlah berapa pun kepada perusahaan dan perorangan dengan tingkat bunga 2% rendah dan terjangkau. Modal dan proses pinjaman kami aman, asli, dan 100% dijamin dan dijamin. Tertarik, hubungi saya sekarang melalui email; (marielagonzalezloan@gmail.com)