Oleh: Tito Erland S

Beberapa waktu lalu, media nasional diramaikan dengan kasus pembunuhan berantai yang diduga dilakukan oleh Ryan. Tak tanggung-tanggung korban pembunuhan berantai tersebut sampai saat ini mencapai sebelas orang. Berbagai dugaan dari para ahli maupun masyarakat pun bermunculan, jangan-jangan Ryan adalah seorang psikopat. Masa kecil Ryan pun terseret-seret sebagai dugaan atas penyebab perilaku Ryan saat ini.

Perilaku kekerasan dan sadistik yang terjadi di tengah masyarakat memang bukan kali ini saja terjadi. Mungkin masih segar dalam ingatan kita kasus penemuan mayat di dalam koper. Lalu bagaimana perilaku sadistik tersebut dapat terjadi di tengah masyarakat?

Setidaknya hal tersebut dapat terjadi karena dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal lebih kepada kondisi gangguan kejiwaan pelaku pembunuhan. Seorang pelaku pembunuhan yang terganggu kondisi kejiwaaannya bisa saja menikmati aksinya tersebut tanpa ada rasa takut. Hal tersebut terjadi dalam diri para psikopat. Namun keberadaan faktor internal tidak lepas dari adanya faktor eksternal.

Faktor eksternal disebabkan adanya beberapa faktor. Faktor yang kerap dituding adalah faktor kesulitan ekonomi. Kesulitan ekonomi salah satunya dapat terjadi sebagai akibat dari dampak pembangunan dan globalisasi. Pembangunan yang tidak merata dan globalisasi mengakibatkan masyarakat miskin semakin sulit bersaing dalam dunia perekonomian, yang pada akhirnya semakin memperdalam jurang kesenjangan antara si miskin dan si kaya. Kondisi kesulitan ekonomi dapat menjadi pemicu timbulnya stress pada diri seseorang. Dalam kondisi stres seseorang dapat mudah marah dan berpikiran pendek sehingga tega melakukan pembunuhan karena permasalahan sepele.

Faktor lainnya adalah media. Harus diakui media terkadang menyajikan tayangan-tayangan yang kekerasan dan pembunuhan. Tayangan-tayangan tersebut jika dilihat terus-menerus dapat mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang menjadi kasar dan sadis. Bayangkan saja jika tayangan yang berbau kekerasan ditonton oleh anak kecil dan pada akhirnya memberi pengaruh buruk pada perilakunya yang akan dibawanya sampai dewasa.

Namun tak hanya tayangan kekerasan saja yang memicu terjadinya perilaku kekerasan dalam masyarakat. Tayangan-tayangan sinetron yang kerap kali memamerkan kekayaan bisa menjadi faktor kecemburuan sosial. Masyarakat yang disuguhkan dengan tontonan seperti itu dapat membuat perasaan inferior karena merasa dirinya tidak kaya dan pada akhirnya dapat menjadikan seseorang ingin menjadi kaya dengan jalan kekerasan dan pembunuhan.

Lingkungan sosial juga dapat menjadi penyebab seseorang melakukan tindak kekerasan. Seseorang yang tinggal di lingkungan yang tidak mengahargai keberadaan dirinya akan berpengaruh terhadap kepribadian orang tersebut. Terkadang sebagian masyarakat tidak dapat menghargai adanya perbedaan. Misalnya saja masyarakat tidak menghargai perbedaan seseorang dengan mencemoohnya hanya karena dia seorang laki-laki namun dianggap tidak berkepribadian layaknya laki-laki. Hal tersebut tentu saja dapat mempengaruhi kejiwaan orang yang dijauhi oleh masyarakat. Orang tersebut dapat berkepribadian tertutup dan anti sosial. Kondisi yang seperti itu juga dapat membuat kebencian yang mendalam terhadap masyarakat dan pada akhirnya membentuk kepribadiannya menjadi sadis.

Untuk mencegah kembali terulangnya kejadian pembunuhan yang sadis, perlu dukungan dari semua aspek kehidupan baik dari segi lingkungan sosial yang harus menghargai perbedaan sampai dengan media yang sebaiknya memberikan tayangan-tayangan yang mendidik. Tak lupa pula peran keluarga yang harus memberikan pendidikan budi pekerti dan kasih sayang kepada anaknya.

Note: Tulisan ini dibuat tanggal 26 Agustus 2008.



0 komentar: